Tante Margeet masih pintar berbahasa Indonesia (dengan logat Belandanya), dan dialah satu-satunya orang yang ku ajak ngobrol sepanjang perjalanan dari Amsterdam ke Austria, bahasa Indonesia yang sangat baku dan sedikic berlogac Belanda.
Highway yang menghubungkan antar negara ini segitu lebarnya, tidak ada kewajiban untuk berenti bayar tol karena emang menggunakan jalan tol ini gratis, infrastructure penghubung antar negara sangat bisa diandalkan, sehingga perjalanan dengan bus ini berjalan dengan nyaman…
Pengemudi bus ini bernaman Wim, seorang Suriname yang pintar juga berbahasa Inggris, so walaupun kebanyakan orang berbahasa yang aku gak ngerti, at least ada Wim dan Tante Margeet yang bisa memahami keinginan aku (penting nih, terutama saat pesan makanan…untuk memastikan aku itu dipesenin yang vegetarian aja dan tidak makan hewan berkaki pendek –istilahnya Tante Margeet alias babi)
Kami tiba di hotel HelenenStrĂ¼berl di Mayerling, hotel ini terletak di lembah Helenen dan sekitar 20 menit dari city center Vienna. Di sekitaran hotel yang ada adalah lembah dan bukit, mengingatkan aku pada film Sound of Music yang memang mengambil lokasi di pegunungan Austria.
Seperti dalam rencana, para bapak dan ibu itu langsung ke Vienna nonton konser music classic, aku memilih untuk stay di hotel dan menikmati daerah sekitar aja….scara kita mah anak muda yaa,mending ngider aja kaleee
Sebetulnya aku sempat nyesel and bete waktu naik bis ini, soalnya gak fun aja getho bareng oma dan opa, sampe bela-belain nyari info kereta yang bisa bawa aku pulang ke Amsterdam, dan Mayerling itu di perbukitan dan butuh berjuang untuk bisa ke kota dan nyari kereta cepat ke Amsterdam (when I said butuh perjuangan, it was really butuh perjuangan) karena emang bis aja cuma mampir sekali sehari, saat baru tiba bete banget….tapi ketika liat perbukitan yang hijau dan keren banget, otomatis hilang itu bete, nyang ada malahan nyari cara gimana untuk bisa hiking ke sana….hehe
Disamping letak hotel yang di perbukitan, ternyata kota Vienna sendiri menawarkan begitu banyak keindahan, bahkan malah kota ini kota paling ku suka dari beberapa Negara di Eropa yang ku datengin. I don’t know why, mungkin karena suasana kota Vienna sendiri, kemudian perbukitan Helenen di Mayerling yang indah....ahhh, pokoknya aku akhirnya jatuh cinta deh!
Sebetulnya aku sempat nyesel and bete waktu naik bis ini, soalnya gak fun aja getho bareng oma dan opa, sampe bela-belain nyari info kereta yang bisa bawa aku pulang ke Amsterdam, dan Mayerling itu di perbukitan dan butuh berjuang untuk bisa ke kota dan nyari kereta cepat ke Amsterdam (when I said butuh perjuangan, it was really butuh perjuangan) karena emang bis aja cuma mampir sekali sehari, saat baru tiba bete banget….tapi ketika liat perbukitan yang hijau dan keren banget, otomatis hilang itu bete, nyang ada malahan nyari cara gimana untuk bisa hiking ke sana….hehe
Disamping letak hotel yang di perbukitan, ternyata kota Vienna sendiri menawarkan begitu banyak keindahan, bahkan malah kota ini kota paling ku suka dari beberapa Negara di Eropa yang ku datengin. I don’t know why, mungkin karena suasana kota Vienna sendiri, kemudian perbukitan Helenen di Mayerling yang indah....ahhh, pokoknya aku akhirnya jatuh cinta deh!
Aku sempatkan tour keliling kota Vienna, ke istana Belvedere yang terkenal, kemudian sempat mampir ke exhibisi foto art di tengah kota dan juga muter-muter gang and alley di seputaran kota ini.
Dan tak lupa mampir ke winery di daerah yang gue lupa namanya, sebuah desa kecil yang rapi dan teratur khas negara Eropa, bangunan tua dan kota yang rapi dan bersih, mampir di restoran desa ini untuk segelas rice wine (aku sih memilih sparkling water alias air soda tanpa rasa) dan steak babi atau steak ayam yaikssss…
Emang rada-rada susah nyari makan di tempat ini, semua mengandung verken alias babi, solusinya aku cuma jadi vegetarian dan nyabu saja (nyayur dan buah), walhasil pulang dari liburan bukannya gendut tapi malah kurus dan keling (karena kebanyakan ngider kota hehe), cuaca saat itu di Vienna gak terlalu dingin, so bisa pake T-shirt saja, sementara matahari cukup rajin bersinar….walhasil, keling lah ini muka dan badan!
Vienna tetap tempat favorite untuk dikunjungin karena aku suka suasana kotanya, perbukitannya yang hijau dan juga aku ngerasa rileks aja ada di kota ini, mungkin suatu saat nanti aku akan berkunjung lagi, tapi ahhh entah kapan, mungkin lain kali…
Facts:
Country: Austria
Capital: Vienna
Currency: Euro
Distant from Netherland: 936.44 km (7 or 8 hours by bus and 5 hours by train)
Dan tak lupa mampir ke winery di daerah yang gue lupa namanya, sebuah desa kecil yang rapi dan teratur khas negara Eropa, bangunan tua dan kota yang rapi dan bersih, mampir di restoran desa ini untuk segelas rice wine (aku sih memilih sparkling water alias air soda tanpa rasa) dan steak babi atau steak ayam yaikssss…
Emang rada-rada susah nyari makan di tempat ini, semua mengandung verken alias babi, solusinya aku cuma jadi vegetarian dan nyabu saja (nyayur dan buah), walhasil pulang dari liburan bukannya gendut tapi malah kurus dan keling (karena kebanyakan ngider kota hehe), cuaca saat itu di Vienna gak terlalu dingin, so bisa pake T-shirt saja, sementara matahari cukup rajin bersinar….walhasil, keling lah ini muka dan badan!
Vienna tetap tempat favorite untuk dikunjungin karena aku suka suasana kotanya, perbukitannya yang hijau dan juga aku ngerasa rileks aja ada di kota ini, mungkin suatu saat nanti aku akan berkunjung lagi, tapi ahhh entah kapan, mungkin lain kali…
Facts:
Country: Austria
Capital: Vienna
Currency: Euro
Distant from Netherland: 936.44 km (7 or 8 hours by bus and 5 hours by train)
1 comment:
good picture and article!
Thank you very much for sharing.
I have read some of your post and I really enjoyed reading it.
Meet me at
http://gwb-chinese.blogspot.com/
Post a Comment