Monday, June 01, 2009
Surviving China -- Part 1
Sebetulnya perjalanan ke China belum ada dalam rencana jalan-jalan tahun ini, tapi entah kenapa, rencana yang tadinya Ke Spanyol dan Portugis berubah menjadi China.
Rute jalan-jalan ku kali ini cukup panjang, yaitu Ampenan – Bali – Kuala Lumpur – Shenzhen – Xian – Beijing – Shanghai – Hongkong – Macau – Kuala Lumpur – Singapore – Bintan – Jakarta
Here are the stories:
Bali dan KL
Perjalanan diawali pagi hari dengan Trigana flight ke Bali, transit cukup lama juga karena pesawat Air Asia ke Kuala Lumpur yang aku ambil adalah yang jam 15.00, cukup lama, but I managed to kill my time at the Ngurah Rai airport by reading all the travel books and eating alot at the many airport restaurants.
Aku tiba di KL malam hari, dan langsung naik shuttle bus (1 RM) untuk seterusnya nginep di Tune hotel. Jaraknya sih cukup dekat dari LCCT terminal, but karena malas geret2 tas, so aku naik itu hotel shuttle yang cuma berongkoskan 1 RM sajah. Oh iya, my back is too weak for backpack, so aku bawa itu backpack yang ada rodanya hihihi...biar gak pegel punggung!
Tune hotel really is a transit hotel, kamarnya sempit dan cukup buat tidur doang, but it is clean enough lah...Cuma, hotelnya berisikkkk!! Mungkin karena pinggir jalan dan people keluyuran di dini hari/malam hari (mungkin mau check out untuk kejar pesawat yang dini hari ngkalee)…anyway, as a transit hotel yang buat tidur doang dan mandi, cukup lah lumayan
Shenzhen
Pesawat Air Asia ku ke Shenzhen adalah jam 6.20 pagi, masih pagi buta aku dah check out dari hotel, dan shalat subuh di hotel jam 5 pagi mengikuti waktu shalat Mataram …later I found out that subuh di Malaysia itu mulainya jam 6 pagi…halah, gak papa lah…sing penting niat shalat subuh
Saat check in di antrian, everybody speak Chinese already…well, karena mereka emang mau balik ke kampong halamannya di Shenzhen.. ya iyalahh
Perjalanan Air Asia ke Shenzhen lumayan lancar, saat mau tiba di Bao’an International Airport Shenzhen, pramugarinya menyemprotkan disinfektan di dalam kabin, karena saat itu emang lagi santernya bahaya flu babi. At that point, belum ada laporan sih bahwa flu babi udah menyebar ke Malaysia dan China
Tiba di Shenzhen, sempat bingung karena kok arrival hall nya kecil banget, setelah bolak balik…eh ternyata, harus sedikit menyebrang ke terminal utama. Saat itu niatnya adalah langsung cari tiket pesawat ke Xian dan sekalian tuker duit ke Yuan.
Tidak sulit untuk nyari foreign exchange di terminal itu, karena banyak bank ada di lantai 2 terminal utama. Dan gak sulit juga nyari tiket pesawat untuk ke Xian, yang sulit adalah not everybody can speak English!!!
Akhirnya dapat tiket China Southern airlines untuk ke Xian tanggal 30 April, ongkosnya lebih murah dari yang aku perkirakan, sekitar 1160RMB.
Chinese folk culture park
The challenging part begin….kan mau nyari bis ke downtown nih, trus ask direction, aku ke bagian informasi toh…but di depan counter, none of them can speak English!! Mereka harus panggil beberapa temannya yang bisa ngerti beberapa kata-kata Inggris, so menemukan bis yang ke arah Window of the World (coz that’s where my hostel located), butuh beberapa kali gambar, tanya dan lots of laugh! After struggling with information, finaly dapat juga info soal bis….dan cuma bayar 5RMB untuk nyampe ke downtown!!! Whoaaaa murah abis!!! Bangga deh aku bisa nyampe dengan biaya yang super duper murah, by the way 1RMB = Rp1400-an
Hostel yang udah ku booking terletak di daerah Qiao Cheng Dong, kalo naik metro, turunnya di station Qiao Cheng Dong exit A. It was nice international youth hostel, clean and deket ama supermarket dan lagi receptionistnya speak very well English…so amannnnn…Alhamdullilah deh, hostel ini berjendela besar dan bersih, so I have no problem breathing hehehe
**Next post is about Xi'an, Beijing and Shanghai
Surviving China -- Part 2
The story continued...
Xi’an
Orang di Shenzhen hostel bilang, bis ke airport itu nomer 27 dan nunggunya di halte Konka depan jalan, but after nunggu hampir 30 menit kok gak dateng2, akhirnya aku memutuskan untuk naik taxi sajah ke airport, daripada ketinggalan pesawat yang ke Xi’an!! Another challenge is to explain where I wanna go to the taxi driver, he can’t speak English!! So I use my sign language to communicate with the taxi drive…and thanked God, he finally understand me!!
My plane to Xi'an - China Southern Airlines
The flight to Xian was a little bit delay, because the run way is busy, the air traffic controller put the plane in queue, so we were 20 minutes late to arrive in Xian.
When I arrived at Xian airport, I then tried to find a bus to downtown Xi’an. Sebetulnya itu bis udah nangkring depan ku, tapi ketika ku tanya drivernya dia cuma geleng-geleng kepala ajah…untung ada cewek petugas bisnya yang nanya tujuan ku, dan kubilang aku mau ke Bell Tower, dan si cewek menjelaskan kalo bis yang dari tadi nongkrong di depan ku itu emang tujuannya ke Bell Tower…..ahhhh dasar sopir o’on!!!
Xi’an is a historic city. Loe bisa liat old building berada diantara bangunan2 modern, diantara KFC or McDonnald stand. Xi’an sendiri memiliki sejarah yang lebih tua dari China, karena ternyata Xi’an itu pernah menjadi ibukota negara dari beberapa dinasti yang ada di China…Katanya ada 16 Dinasti di China. Di Xi’an itu ada tembok yang mengelilingi kotanya, temboknya cukup luasss buat jalan-jalan di atasnya dan around the area you can see the bell tower and drum tower, semuanya berdekatan…so if you wanna rent a bike, go a head!
Xi’an
Orang di Shenzhen hostel bilang, bis ke airport itu nomer 27 dan nunggunya di halte Konka depan jalan, but after nunggu hampir 30 menit kok gak dateng2, akhirnya aku memutuskan untuk naik taxi sajah ke airport, daripada ketinggalan pesawat yang ke Xi’an!! Another challenge is to explain where I wanna go to the taxi driver, he can’t speak English!! So I use my sign language to communicate with the taxi drive…and thanked God, he finally understand me!!
My plane to Xi'an - China Southern Airlines
The flight to Xian was a little bit delay, because the run way is busy, the air traffic controller put the plane in queue, so we were 20 minutes late to arrive in Xian.
When I arrived at Xian airport, I then tried to find a bus to downtown Xi’an. Sebetulnya itu bis udah nangkring depan ku, tapi ketika ku tanya drivernya dia cuma geleng-geleng kepala ajah…untung ada cewek petugas bisnya yang nanya tujuan ku, dan kubilang aku mau ke Bell Tower, dan si cewek menjelaskan kalo bis yang dari tadi nongkrong di depan ku itu emang tujuannya ke Bell Tower…..ahhhh dasar sopir o’on!!!
Xi’an is a historic city. Loe bisa liat old building berada diantara bangunan2 modern, diantara KFC or McDonnald stand. Xi’an sendiri memiliki sejarah yang lebih tua dari China, karena ternyata Xi’an itu pernah menjadi ibukota negara dari beberapa dinasti yang ada di China…Katanya ada 16 Dinasti di China. Di Xi’an itu ada tembok yang mengelilingi kotanya, temboknya cukup luasss buat jalan-jalan di atasnya dan around the area you can see the bell tower and drum tower, semuanya berdekatan…so if you wanna rent a bike, go a head!
Yang terpenting dari perjalanan aku ke Xi’an adalah, gampang cari makanan!!! Karena tak jauh dari bell tower (dari hostel ku juga), ada yang namanya muslim street yang cukup terkenal, semua makanan di situ tentu saja halal, dan banyak camilan yang enak-enak!
Cuaca di Xi’an dingin saat itu, butuh jaket deh pokoknya, I think it’s around 20 C, berbeda banyak dengan Shenzhen dan kota China lainnya.
The highlight of my trip to Xi’an tentu saja ketika berkunjung ke Terracota Warrior museum, such an amazing discovery. Sempat aku berpikir dalam hati, gileee itu kaisar, nyuruh bikin patung tanah liat 7000an buat jagain dia waktu dia mati….Masya Alloh, sempat geleng-geleng kepala gak percaya, karena selain berupa patung tanah liat, si patung juga dilengkapi dengan persenjataan beneran…busur panah beneran, tombak beneran… amazing deh pokoknya! By the way kaisarnya dari Dynasty Qin (kalo gak salah inget, dinasti pertama China)
Cuaca di Xi’an dingin saat itu, butuh jaket deh pokoknya, I think it’s around 20 C, berbeda banyak dengan Shenzhen dan kota China lainnya.
The highlight of my trip to Xi’an tentu saja ketika berkunjung ke Terracota Warrior museum, such an amazing discovery. Sempat aku berpikir dalam hati, gileee itu kaisar, nyuruh bikin patung tanah liat 7000an buat jagain dia waktu dia mati….Masya Alloh, sempat geleng-geleng kepala gak percaya, karena selain berupa patung tanah liat, si patung juga dilengkapi dengan persenjataan beneran…busur panah beneran, tombak beneran… amazing deh pokoknya! By the way kaisarnya dari Dynasty Qin (kalo gak salah inget, dinasti pertama China)
Beijing
Tujuan berikutnya adalah kota Beijing, aku pake kereta dari Xi'an ke Beijing...mau nyoba naik kereta China. Karena saat itu lagi liburan orang China (May labor day holiday/weekend), so tiket kereta yang tersisa adalah yang soft sleeper class seharga 400RMB. Ada 2 jenis kelas, yang soft sleeper dan hard sleeper beda keduanya kalo soft sleeper, 1 compartment itu ada 4 tempat tidur kalo yang hard sleeper ada 6 tempat tidur.
Beruntung banget di compartment kereta ku isinya 4 cewek semua, so agak bebas lah gak perlu pake kudung-kudungan.
Oh iya, lupa….selama perjalananku di China mulai dai Shenzhen sampai sekarang, di setiap tempat, people staring at me a lot, di metro, di bis, di jalan….semuanya pada melihat aku dari ujung kaki ke ujung rambut, aneh kali yaaa liat ada orang berkudung….(this exclude Xi’an yang udah biasa liat orang berkudung karena banyak banget berkeliaran di muslim quarter/muslim street)
Tujuan berikutnya adalah kota Beijing, aku pake kereta dari Xi'an ke Beijing...mau nyoba naik kereta China. Karena saat itu lagi liburan orang China (May labor day holiday/weekend), so tiket kereta yang tersisa adalah yang soft sleeper class seharga 400RMB. Ada 2 jenis kelas, yang soft sleeper dan hard sleeper beda keduanya kalo soft sleeper, 1 compartment itu ada 4 tempat tidur kalo yang hard sleeper ada 6 tempat tidur.
Beruntung banget di compartment kereta ku isinya 4 cewek semua, so agak bebas lah gak perlu pake kudung-kudungan.
Oh iya, lupa….selama perjalananku di China mulai dai Shenzhen sampai sekarang, di setiap tempat, people staring at me a lot, di metro, di bis, di jalan….semuanya pada melihat aku dari ujung kaki ke ujung rambut, aneh kali yaaa liat ada orang berkudung….(this exclude Xi’an yang udah biasa liat orang berkudung karena banyak banget berkeliaran di muslim quarter/muslim street)
Soft class sleeper train to Beijing
Di kereta ketemu teman baru, anak SMA yang pintar berbahasa Inggris (akhirnya ada juga yang bisa diajak ngobro!) Ternyata dia emang nyiapin diri buat bisa kuliah di Amerika, so her English is pretty good….dan emang rejeki, saat tiba di station Beijing West yang segede alaihim itu, sumpah gede banget itu station kereta!!! bapak si cewek itu jemput, so aku bisa nebeng nyampe ke hostel….alhamdullilah deh ada yang nolongin!
Hostel tempat ku nginap di Beijing deket ama Beijing Zhan (or Beijing train station), after do the laundry dan bersih-bersih, langsung aku ke station kereta itu untuk cari tiket kereta ke Shanghai. Eng…ing…eng…the biggest challenge of my trip, harus beli tiket kereta yang first class alias soft sleeper! Karena di counter yang bisa berbahasa Inggriss (buat turis-turis gitu), selalu ditawarin yang soft sleeper which is sekitar 700RMB, dan mereka gak mau jual yang hard sleeper ke para turis…sempat sedih dan down, karena kalo menurut catetan panduan yang kubawa dari Indonesia, tiketnya gak semahal itu dan kalo beli hard sleeper jauh-jauh hari masih ada tersedia tempat….masa’ mau give up so easy, pikirku..
Di tengah kebetean (cieee), ehhh muncul dewi penolong, seorang cewek (kayaknya anak kuliahan) yang tanya-tanya aku mau kemana dan gimana, trus setengah curhat dan minta tolong, aku tanya dia kok gak ada yang hard sleeper lagi tersedia…dan dia nunjukin kalo aku harus ke counter umum di loket 63. Tanpa pikir panjang aku ikut ngantri di loket 63, ternyata itu cewek ngikutin aku untuk ngantri…bener aja, ketika giliran aku, dan aku ngomong bahasa Inggris tentang tujuan ku, si penjaga loket dengan judesnya menolak permohonan aku….akhirnya aku minta tolong lagi ke itu cewek buat terjemahin dan sekalian beliin aku tiket
Alhamdullilah, aku dapat tiketnya, hard sleeper class seharga 317RMB dari Beijing ke Shanghai 3 hari lagi….yipppeeeeee!!! pokoknya sejuta tengkiu deh diucapkan untuk dewi penolong itu (too bad, I couldn’t get her name)
The highlite of my trip to Beijing tentu saja ketika ke Great Wall China, aku ngambil rute lewat Mutianyu. Tadinya mau jalan sendiri, karena ada bis wisata yang langsung ke sana, tapi ternyata hanya di hari weekend sajah…so akhirnya aku ikut tour ajah deh, murah juga dan gak bikin pusing kepala! Another great trip to the wall…Mutianyu gak terlalu ramai oleh turis, so menyenangkan dan viewnya juga bagus!
Di kereta ketemu teman baru, anak SMA yang pintar berbahasa Inggris (akhirnya ada juga yang bisa diajak ngobro!) Ternyata dia emang nyiapin diri buat bisa kuliah di Amerika, so her English is pretty good….dan emang rejeki, saat tiba di station Beijing West yang segede alaihim itu, sumpah gede banget itu station kereta!!! bapak si cewek itu jemput, so aku bisa nebeng nyampe ke hostel….alhamdullilah deh ada yang nolongin!
Hostel tempat ku nginap di Beijing deket ama Beijing Zhan (or Beijing train station), after do the laundry dan bersih-bersih, langsung aku ke station kereta itu untuk cari tiket kereta ke Shanghai. Eng…ing…eng…the biggest challenge of my trip, harus beli tiket kereta yang first class alias soft sleeper! Karena di counter yang bisa berbahasa Inggriss (buat turis-turis gitu), selalu ditawarin yang soft sleeper which is sekitar 700RMB, dan mereka gak mau jual yang hard sleeper ke para turis…sempat sedih dan down, karena kalo menurut catetan panduan yang kubawa dari Indonesia, tiketnya gak semahal itu dan kalo beli hard sleeper jauh-jauh hari masih ada tersedia tempat….masa’ mau give up so easy, pikirku..
Di tengah kebetean (cieee), ehhh muncul dewi penolong, seorang cewek (kayaknya anak kuliahan) yang tanya-tanya aku mau kemana dan gimana, trus setengah curhat dan minta tolong, aku tanya dia kok gak ada yang hard sleeper lagi tersedia…dan dia nunjukin kalo aku harus ke counter umum di loket 63. Tanpa pikir panjang aku ikut ngantri di loket 63, ternyata itu cewek ngikutin aku untuk ngantri…bener aja, ketika giliran aku, dan aku ngomong bahasa Inggris tentang tujuan ku, si penjaga loket dengan judesnya menolak permohonan aku….akhirnya aku minta tolong lagi ke itu cewek buat terjemahin dan sekalian beliin aku tiket
Alhamdullilah, aku dapat tiketnya, hard sleeper class seharga 317RMB dari Beijing ke Shanghai 3 hari lagi….yipppeeeeee!!! pokoknya sejuta tengkiu deh diucapkan untuk dewi penolong itu (too bad, I couldn’t get her name)
The highlite of my trip to Beijing tentu saja ketika ke Great Wall China, aku ngambil rute lewat Mutianyu. Tadinya mau jalan sendiri, karena ada bis wisata yang langsung ke sana, tapi ternyata hanya di hari weekend sajah…so akhirnya aku ikut tour ajah deh, murah juga dan gak bikin pusing kepala! Another great trip to the wall…Mutianyu gak terlalu ramai oleh turis, so menyenangkan dan viewnya juga bagus!
** Next post is about Shanghai, Hongkong and Macau
Surviving China -- Part 3
Part 3 continued
Shanghai
Kereta malam dari Beijing, tiba di Shanghai jam 12.59. Station kereta di Shanghai sama gedenya dengan station Beijing Zhan. Seperti sebelumnya, aku langsung cari tiket kereta yang ke Hongkong (Jiulong in Chinese), somehow di Shanghai gak sesulit waktu di Beijing, dan akupun langsung dapat tiket hard sleeper ke Hongkong dengan harga 412RMB (I'm at second level for my hard sleeper class, not bad, comfortable with pillow and quilt).
Di Shanghai lebih banyak orang bisa berbahasa Inggris, mungkin karena banyak banget expatriate yang kerja di tempat ini. Pusat kota Shanghai itu ada di the Bund, typical kota metropolitan pada umumnya...lots of shopping mall dan juga padat banget, and aku sempat ke Madame Tussaud Shanghai yang letaknya ada di seputaran the Bund.
Shanghai lebih mirip Jakarta, lebih banyak shopping mall dan juga bule berkeliaran. Daerah di French Concension serasa ada di jalanan Paris...sepi, tertib dan teratur, bis dan metro cukup murah dan nyaman.
Sedikit di luar kota Shanghai, naik metro line 9, aku maen ke old town called Qibao. Bener2 kota tua, bangunan tua trus ada canal kiri kanan, dan banyak toko suvenir khas China. Dan akses kemana-mana gampang, either bis or metro.
Hongkong – Macau
By the time the train from Shanghai reached Kowloon station in Hongkong, aku teriak kegirangan....yipeeeee, terjelajah juga China!!! Ternyata I survived China, merasa lebih lega karena China gitu lohhh….kalo di Hongkong mah, banyak orang Indo (TKI) dan biasa ajah, tapi surviving mainland China…that was amazing!!
Nyampe di Hongkong, langsung dong ngukur jalan, target jelajah siang itu adalah daerah Nathan Road, dan Hongkong kota (Avenue of the star, the harbour etc)
Hari berikutnya, dengan bis aku nyampe ke big Budha, dan balik lagi ke Hongkong untuk lanjut ke the Peak, and tentu sajah ke night market dan jade market….sedikit shopping dan cuci mata di mall-mall Hongkong…ternyata menurut aku sama aja ahh barang2nya sama yang ada di Jakarta…jadi heran, kalo orang-orang Indo kok bangga banget bisa shopping di Hongkong…padahal biasa aja tuh!
Hari terakhir sebelum ke KL malam harinya, aku ambil day trip ke Macau. Perjalanan naik ferry back and forth memakan waktu 2 jam pulang dan pergi. ferrynya cukup nyaman, mirip lah dengan ferry Tenggara 1 nya Nyumont.
Dari ferry ke pusat kota cukup murah dengan bis, hanya seharga 3.40 Patacca. Belanja di Macau cukup murah, dibandingkan di Hongkong. Seluruh kota bisa dijelajah dengan muter2 pake bis yang berkeliaran di setiap rute dengan mudahnya.
It was very refreshing and cheap trip to Macau!
Sore hari dari Macau, setelah ambil backpack yang dititipkan di hotel, aku langsung ke Hongkong International Airport yang segede alaihim….ini airport gede banget, dari tempat check in ke gatenya aja butuh waktu 40 menit melewati tangga, dan train…sumpah!! Gede banget…
Shanghai
Kereta malam dari Beijing, tiba di Shanghai jam 12.59. Station kereta di Shanghai sama gedenya dengan station Beijing Zhan. Seperti sebelumnya, aku langsung cari tiket kereta yang ke Hongkong (Jiulong in Chinese), somehow di Shanghai gak sesulit waktu di Beijing, dan akupun langsung dapat tiket hard sleeper ke Hongkong dengan harga 412RMB (I'm at second level for my hard sleeper class, not bad, comfortable with pillow and quilt).
Di Shanghai lebih banyak orang bisa berbahasa Inggris, mungkin karena banyak banget expatriate yang kerja di tempat ini. Pusat kota Shanghai itu ada di the Bund, typical kota metropolitan pada umumnya...lots of shopping mall dan juga padat banget, and aku sempat ke Madame Tussaud Shanghai yang letaknya ada di seputaran the Bund.
Shanghai lebih mirip Jakarta, lebih banyak shopping mall dan juga bule berkeliaran. Daerah di French Concension serasa ada di jalanan Paris...sepi, tertib dan teratur, bis dan metro cukup murah dan nyaman.
Sedikit di luar kota Shanghai, naik metro line 9, aku maen ke old town called Qibao. Bener2 kota tua, bangunan tua trus ada canal kiri kanan, dan banyak toko suvenir khas China. Dan akses kemana-mana gampang, either bis or metro.
Hongkong – Macau
By the time the train from Shanghai reached Kowloon station in Hongkong, aku teriak kegirangan....yipeeeee, terjelajah juga China!!! Ternyata I survived China, merasa lebih lega karena China gitu lohhh….kalo di Hongkong mah, banyak orang Indo (TKI) dan biasa ajah, tapi surviving mainland China…that was amazing!!
Nyampe di Hongkong, langsung dong ngukur jalan, target jelajah siang itu adalah daerah Nathan Road, dan Hongkong kota (Avenue of the star, the harbour etc)
Hari berikutnya, dengan bis aku nyampe ke big Budha, dan balik lagi ke Hongkong untuk lanjut ke the Peak, and tentu sajah ke night market dan jade market….sedikit shopping dan cuci mata di mall-mall Hongkong…ternyata menurut aku sama aja ahh barang2nya sama yang ada di Jakarta…jadi heran, kalo orang-orang Indo kok bangga banget bisa shopping di Hongkong…padahal biasa aja tuh!
Hari terakhir sebelum ke KL malam harinya, aku ambil day trip ke Macau. Perjalanan naik ferry back and forth memakan waktu 2 jam pulang dan pergi. ferrynya cukup nyaman, mirip lah dengan ferry Tenggara 1 nya Nyumont.
Dari ferry ke pusat kota cukup murah dengan bis, hanya seharga 3.40 Patacca. Belanja di Macau cukup murah, dibandingkan di Hongkong. Seluruh kota bisa dijelajah dengan muter2 pake bis yang berkeliaran di setiap rute dengan mudahnya.
It was very refreshing and cheap trip to Macau!
Sore hari dari Macau, setelah ambil backpack yang dititipkan di hotel, aku langsung ke Hongkong International Airport yang segede alaihim….ini airport gede banget, dari tempat check in ke gatenya aja butuh waktu 40 menit melewati tangga, dan train…sumpah!! Gede banget…
Akhirnya flight Air Asia dari Hongkong (yang delay 1 jam di Hongkong), nyampe juga di Kuala Lumpur….sebetulnya aku malessss banget nginjek nih negara, tetapi berhubung harus menemui seseorang di KL dan harus touring bareng dia ke KL dan Singapore…. yaaa terpaksa mampir lagi ke sini.
Travel di KL dan Singapore gak menarik buat diceritakan, karena basically sama lah ama cerita perjalanan dulu...
So kesimpulan dari petualangan China ku:
- Berasa jadi selebritis! Karena di metro, di bis, di toko, di restoran....semua orang pada melirik dan ngeliat dari mata kaki ke ujung rambut, luar biasa deh feeling seperti selebrity.
- Banyak ketawanya! Terutama kalo pas nanya sesorang dan dia gak bisa ngomong Inggris dan hanya bisa garuk-garuk kepala....lucu banget, yet challenging buat bikin dia ngerti apa mau kita
- Susah cari makan!!! Tapi kok bukannya kurus, malah gembul...mungkin faktor minum susu made in China ngkalee
- Nyeseeelllll banget gak beli gelang jade! Hanya karena aku tinggal si credit card di safe deposit hostel!! how silly was that!! Duoduol...
- Bener-bener uji nyali......
- Thinking maybe I’ll go again to China someday, soalnya trip to China is MURAH!! If you go like a local, I mean using the metro/subway, the bus and eat local food (I managed to find a halal Chinese food in Beijing at Wangfujing street and in Shanghai, it is closed to Yishan metro station Shanghai, it served home made noodle), it will… sumpah, murah!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)