Monday, June 01, 2009
Surviving China -- Part 1
Sebetulnya perjalanan ke China belum ada dalam rencana jalan-jalan tahun ini, tapi entah kenapa, rencana yang tadinya Ke Spanyol dan Portugis berubah menjadi China.
Rute jalan-jalan ku kali ini cukup panjang, yaitu Ampenan – Bali – Kuala Lumpur – Shenzhen – Xian – Beijing – Shanghai – Hongkong – Macau – Kuala Lumpur – Singapore – Bintan – Jakarta
Here are the stories:
Bali dan KL
Perjalanan diawali pagi hari dengan Trigana flight ke Bali, transit cukup lama juga karena pesawat Air Asia ke Kuala Lumpur yang aku ambil adalah yang jam 15.00, cukup lama, but I managed to kill my time at the Ngurah Rai airport by reading all the travel books and eating alot at the many airport restaurants.
Aku tiba di KL malam hari, dan langsung naik shuttle bus (1 RM) untuk seterusnya nginep di Tune hotel. Jaraknya sih cukup dekat dari LCCT terminal, but karena malas geret2 tas, so aku naik itu hotel shuttle yang cuma berongkoskan 1 RM sajah. Oh iya, my back is too weak for backpack, so aku bawa itu backpack yang ada rodanya hihihi...biar gak pegel punggung!
Tune hotel really is a transit hotel, kamarnya sempit dan cukup buat tidur doang, but it is clean enough lah...Cuma, hotelnya berisikkkk!! Mungkin karena pinggir jalan dan people keluyuran di dini hari/malam hari (mungkin mau check out untuk kejar pesawat yang dini hari ngkalee)…anyway, as a transit hotel yang buat tidur doang dan mandi, cukup lah lumayan
Shenzhen
Pesawat Air Asia ku ke Shenzhen adalah jam 6.20 pagi, masih pagi buta aku dah check out dari hotel, dan shalat subuh di hotel jam 5 pagi mengikuti waktu shalat Mataram …later I found out that subuh di Malaysia itu mulainya jam 6 pagi…halah, gak papa lah…sing penting niat shalat subuh
Saat check in di antrian, everybody speak Chinese already…well, karena mereka emang mau balik ke kampong halamannya di Shenzhen.. ya iyalahh
Perjalanan Air Asia ke Shenzhen lumayan lancar, saat mau tiba di Bao’an International Airport Shenzhen, pramugarinya menyemprotkan disinfektan di dalam kabin, karena saat itu emang lagi santernya bahaya flu babi. At that point, belum ada laporan sih bahwa flu babi udah menyebar ke Malaysia dan China
Tiba di Shenzhen, sempat bingung karena kok arrival hall nya kecil banget, setelah bolak balik…eh ternyata, harus sedikit menyebrang ke terminal utama. Saat itu niatnya adalah langsung cari tiket pesawat ke Xian dan sekalian tuker duit ke Yuan.
Tidak sulit untuk nyari foreign exchange di terminal itu, karena banyak bank ada di lantai 2 terminal utama. Dan gak sulit juga nyari tiket pesawat untuk ke Xian, yang sulit adalah not everybody can speak English!!!
Akhirnya dapat tiket China Southern airlines untuk ke Xian tanggal 30 April, ongkosnya lebih murah dari yang aku perkirakan, sekitar 1160RMB.
Chinese folk culture park
The challenging part begin….kan mau nyari bis ke downtown nih, trus ask direction, aku ke bagian informasi toh…but di depan counter, none of them can speak English!! Mereka harus panggil beberapa temannya yang bisa ngerti beberapa kata-kata Inggris, so menemukan bis yang ke arah Window of the World (coz that’s where my hostel located), butuh beberapa kali gambar, tanya dan lots of laugh! After struggling with information, finaly dapat juga info soal bis….dan cuma bayar 5RMB untuk nyampe ke downtown!!! Whoaaaa murah abis!!! Bangga deh aku bisa nyampe dengan biaya yang super duper murah, by the way 1RMB = Rp1400-an
Hostel yang udah ku booking terletak di daerah Qiao Cheng Dong, kalo naik metro, turunnya di station Qiao Cheng Dong exit A. It was nice international youth hostel, clean and deket ama supermarket dan lagi receptionistnya speak very well English…so amannnnn…Alhamdullilah deh, hostel ini berjendela besar dan bersih, so I have no problem breathing hehehe
**Next post is about Xi'an, Beijing and Shanghai
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment